November, AS-Eropa Luncurkan Satelit Khusus Amati Permukaan Laut Bumi

Lukas Hendra TM
Jumat, 12 Juni 2020 | 10:19 WIB
Sentinel 6
Sentinel 6
Bagikan

Bisnis.com, MANADO- AS dan Eropa dijadwalkan akan meluncurkan satelit khusus untuk mengamati permukaan air laut pada November tahun ini.

Seperti dilansir NASA, satelit dengan nama Sentinel 6 Michael Freilich tersebut akan diluncurkan pada November untuk mengumpulkan data paling akurat mengenai permukaan laut (sea level), yang merupakan indikator kunci bagaimana perubahan iklim mempengaruhi lautan, cuaca dan garis panta.

Namun, para insinyur perlu untuk memastikan bahwa kendaraan tersebut mampu bertahaan saat peluncuran dan beroperasi di lingkungan yang keras dari ruang angkasa. Oleh karena itu, para insinyur memerlukan serangkaian uji coba yang akan dilakukan. Pada akhir Mei, para insinyur telah selesai merangkai kendaraan yang dibuat di Jerman itu.

November, AS-Eropa Luncurkan Satelit Khusus Amati Permukaan Laut Bumi

"Jika itu bisa bertahan dari test yang sengaja kita lakukan di tanah, maka itu siap untuk ruang angkasa," kata John Oswald, Deputy Project Manager di NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL), dikutip Jumat (12/6/2020).

Sentinel 6 Michael Freilich merupakan kendaraan ruang angkasa sebagai bagian dari misi Copernicus Sentinel-6/Jason-CS, yang merupakan sebuah kerja sama antara AS dan Eropa di mana dua satelit identic akan diluncurkan lima tahun secara terpisah.

Pesawat ruang angkasa itu akan bergabung dengan konstelasi satelit Copernicus yang merupakan Program Observasi Bumi Uni Eropa. Begitu berada di orbit, setiap satelit akan mengumpulkan pengukuran permukaan laut hingga sentimeter untuk 90% lautan dunia.

Data tersebut akan menambah hampir 30 tahun informasi yang dikumpulkan oleh serangkaian satelit AS-Eropa yang tidak terputus, menciptakan set data 40 tahun tentang level permukaan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pesawat ruang angkasa juga akan mengukur suhu dan kelembaban atmosfer Bumi, yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan prakiraan cuaca dan prediksi badai.

Josh Willis, ilmuwan proyek pada misi tersebut dari NASA JPL mengungkapkan bahwa pengukuran tersebut penting karena lautan dan atmosfer terhubung erat. Menurutnya, kita telah mengubah iklim kita dan sinyal paling kuat adalah meningkatnya lautan.

November, AS-Eropa Luncurkan Satelit Khusus Amati Permukaan Laut Bumi

"Lebih dari 90% panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca menuju ke laut," ujarnya.

Panas itu menyebabkan air laut mengembang, terhitung sekitar sepertiga dari rata-rata global kenaikan permukaan laut zaman modern. Air lelehan dari gletser dan lapisan es merupakan sisanya. Dia menambahkan untuk ilmu iklim, yang perlu diketahui tidak hanya permukaan laut hari ini, melainkan permukaan laut dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu, sehingga ilmuwan memerlukan catatan yang panjang.

Enam instrumen ilmiah adalah kunci untuk tugas itu. Dua dari mereka akan bekerja bersama untuk mengukur jarak dari satelit ke permukaan laut. Informasi itu, digabungkan dengan data dari tiga instrumen lain yang secara tepat menentukan posisi satelit di orbit. Sementara yang keenam akan mengukur irisan vertikal atmosfer untuk suhu dan kelembaban yang akan membantu menentukan ketinggian laut di seluruh dunia.

MERANGKAI SENTINEL 6

Adapun, untuk memastikan bahwa instrumen ilmiah akan berfungsi begitu mereka masuk ke ruang angkasa, para insinyur mengirim Sentinel-6 Michael Freilich ke fasilitas pengujian di dekat Munich, Jerman dan menjalankan satelit melalui serangkaian test sejak November 2019.

Pertama, tes getaran, di mana para insinyur menempatkan satelit itu dengan jenis goncangan yang akan dialami saat menempel pada roket SpaceX Falcon 9 yang meluncur ke orbit. Kemudian pada Desember 2019, para insinyur menguji pesawat ruang angkasa di ruang hampa udara yang besar dan memaparkannya pada suhu ekstrem yang akan ditemui di ruang angkasa, mulai dari 149 hingga minus 292 derajat Fahrenheit (sekitar 65 hingga minus 180 derajat Celcius).

November, AS-Eropa Luncurkan Satelit Khusus Amati Permukaan Laut Bumi

Dua uji coba berikutnya berlangsung pada akhir April dan Mei. Tes akustik dilakukan pada bulan April untuk memastikan satelit dapat menahan suara keras yang terjadi selama peluncuran. Para insinyur menempatkan pesawat ruang angkasa itu di dalam ruangan seluas sekitar 100 meter persegi yang dilengkapi dengan pengeras suara yang sangat besar. Kemudian mereka menghancurkan satelit dengan empat ledakan suara 60 detik, dengan puncak paling keras sekitar 140 desibel. Itu seperti berdiri di samping mesin jet saat pesawat lepas landas.

Akhirnya, pada minggu terakhir bulan Mei, para insinyur melakukan uji kompatibilitas elektromagnetik untuk memastikan bahwa sensor dan elektronik pada satelit tidak akan saling mengganggu. Misi ini menggunakan instrumen canggih untuk melakukan pengukuran yang tepat, sehingga gangguan terkecil dapat membahayakan data itu.

Biasanya, insinyur JPL akan membantu untuk melakukan tes ini secara langsung, tetapi dua uji coba terjadi setelah langkah-langkah keamanan jarak social (social distancing) telah ditetapkan karena pandemi coronavirus. Jadi anggota tim membuat sistem untuk mendukung rekan mereka di Jerman dari jarak jauh.

Anggota tim akan menghabiskan beberapa minggu ke depan untuk menyelesaikan analisis hasil tes dan kemudian mempersiapkan satelit untuk pengiriman ke Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California untuk peluncuran musim gugur ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper