Startup Jebolan Kemenperin Kembangkan Alat Deteksi Dini Covid-19

Rahmad Fauzan
Senin, 8 Juni 2020 | 16:11 WIB
Ilustrasi/Istimewa
Ilustrasi/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Neurabot, salah satu finalis program Startup 4 Industry yang diinisiasi Kemenperin pada 2018 silam, berhasil mengembangkan penerapan teknologi deep learning pada pemeriksaan CT-scan paru-paru serta foto polos dada (x-ray).

Teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan rintisan atau startup Neurabot, merupakan salah satu cara mendeteksi secara cepat kasus virus corona (Covid-19) dengan sensitivitas dan spesifisikasi tinggi. Hal ini dinilai dapat membantu pengambilan keputusan klinis dalam pandemi saat ini.

Founder & CEO Neurabot Indarto menjelaskan kehadiran teknologi tersebut menjawab salah satu tantangan yang dihadapi dalam penggunaan teknologi di rumah sakit.

Saat ini, kata Indarto, mayoritas rumah sakit mayoritas memiliki kualitas pemeriksaan foto polos dada (x-ray) yang sensitivitasnya lebih rendah, dibandingkan dengan CT-scan paru dosis rendah (LDCT), dalam mendeteksi gambaran perubahan struktur paru pasien.

“Meski demikian, Neurabot bersama pakar kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang tergabung akan tetap berupaya mengolah seluruh sumber data yang ada, termasuk data foto polos dada dan data klinis sebagai penguat untuk menghasilkan solusi identifikasi dini berbasis AI dengan tepat dan cepat,” tutur Indarto seperti dikutip dari siaran persnya (8/6/2020).

Solusi pertama Neurabot adalah 'My Lab, yakni platform laboratorium pemrosesan citra digital pertama di Indonesia di bidang kesehatan dan bioteknologi. Melalui platform ini, Neurabot menghadirkan laboratorium digital berbasis citra mikroskopis maupun citra radiologi, yang memungkinkan penggunanya melakukan kolaborasi penelitian, olah data citra digital, digitalisasi serta penyimpanan data

Solusi kedua Neurabot adalah 'AI Lab', yang mampu mengolah data citra medik maupun bioteknologi yang telah terkumpul dengan bantuan kecerdasan buatan. Hasilnya adalah informasi dalam bentuk prediksi, kalkulasi, identifikasi dan segmentasi suatu objek atau kondisi, yang berguna secara langsung saat pengambilan keputusan (decision support system) dalam proses diagnosis suatu penyakit, termasuk saat pandemi Covid-19.

“Teknologi ini tidak bermaksud menggantikan seorang expert, tetapi membantu dalam penegakan diagnosis dengan cepat dan tepat. Keputusan akhir dalam diagnosis merupakan tanggung jawab para ahli maupun profesional,” sambung Indarto.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih mengatakan Neurabot telah mendapatkan hak cipta di bidang Platform Laboratorium Pemrosesan Citra Digital dengan Teknologi Artificial Intelligence.

“Algoritma AI merupakan salah satu kekayaan intelektual bagi startup yang harus dilindungi. Klinik HKI kami telah memfasilitasi hak cipta dan mereknya,” kata Gati.

Sebelumnya, Neurabot juga telah menyabet penghargaan saat mewakili Indonesia dalam beberapa kompetisi internasional, antara lain Asia Hardware Battle 2018, Best AI/Machine Learning dan HealthTech Startup pada ajang Rice Bowl StartUp Awards 2018, Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper