YLKI : Tokopedia Semestinya Beri Klarifikasi kepada Publik

Rahmad Fauzan
Minggu, 3 Mei 2020 | 16:16 WIB
CEO Tokopedia William Tanuwijaya usai konferensi pers pada Rabu (19/6/2019)./Bisnis-Dendra Syarizka
CEO Tokopedia William Tanuwijaya usai konferensi pers pada Rabu (19/6/2019)./Bisnis-Dendra Syarizka
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia meminta supaya Tokopedia memberi klarifikasi kepada publik terkait dengan sistem atau teknologi yang digunakan dalam perlindungan data pribadi.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan bahwa pihaknya menduga sistem teknologi informasi di Tokopedia tidak cukup andal sehingga dapat diretas oleh pihak lain.

"Apakah sistem perlindungan data pribadi di Tokopedia digaransi oleh pihak ketiga atau tidak?" kata Tulus kepada Bisnis, Minggu (3/5/2020).

Dia menambahkan bahwa YLKI juga mempertanyakan seberapa banyak jumlah lapisan sistem keamanan perlindungan data pribadi yang digunakan oleh Tokopedia.

Selain itu, organisasi nirlaba yang berdiri pada 1973 itupun meminta agar pemerintah untuk turun tangan untuk memberi perlindungan dan rasa aman kepada konsumen.

Sebelumnya beredar informasi di Twitter bahwa data 91 juta pelanggan Tokopedia, telah dijual melalui Darknet. Data 91 juta pelanggan ini dihargai senilai US$5.000. Bila menggunakan nilai tukar rupiah Rp15.000 per dolar, maka data tersebut dihargai senilai Rp75 juta.

Selain itu, aku Twitter @underthebreach bukanlah yang pertama memublikasikan informasi peretasan data pengguna di Tokopedia, platform dagang-el terbesar di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Zufrizal
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper