Satelit Nusantara Dua Gagal Mengorbit, Strategi Mitigasi Dibutuhkan

Akbar Evandio
Minggu, 12 April 2020 | 19:43 WIB
Pemeriksaan Satelit Nusantara Dua oleh tim China Great Wall Industry Corporation di China Academy of Space Technology (CAST) Facility di Beijing, China. (ANTARA/HO)
Pemeriksaan Satelit Nusantara Dua oleh tim China Great Wall Industry Corporation di China Academy of Space Technology (CAST) Facility di Beijing, China. (ANTARA/HO)
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah harus memitigasi risiko gagal mengorbitnya Satelit Nusantara Dua agar tak berdampak pada siaran pertelevisian di Indonesia.

Direkur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa mitigasi harus segera dilakukan. Pasalnya, apabila terlambat, layanan stasiun televisi di Indonesia yang menggunakan jaringan dari satelit Palapa D tidak bisa dinikmati di seluruh Indonesia sampai proses perpindahan selesai.

“Sebab Palapa D kan sudah habis. Jika, dua tahun kosong [tak ada satelit yang mengisi], maka akan dianggap kosong dan bisa dialokasikan ke yang lain kecuali diisi plotter,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu, (12/4/2020).

Menurutnya, Satelit Palapa D yang tadinya direncanakan akan habis masanya pada 2004, tetapi masih tetap beroperasi.

“Umurnya sekarang jadi 10,5 tahun dan umurnya harusnya sudah habis [tahun ini]. Kemudian, yang menggunakan [Satelit] Palapa D [perlu] bersiap bakal ada gangguan, sehingga harus segera ada upaya mitigasi ke satelit lain karena umur satelit sudah habis,” katanya

Heru menyarankan pemerimtah bergegas pelaporan ke Uni Telekomunikasi Internasional (ITU) agar hak orbit 113 bujur timur tetap dicatatkan sebagai slot orbit sebagai alokasi Indonesia.

Ke depan, Heru menganjurkan agar pemerintah harus memiliki sikap dan bisa menentukan dengan tegas dimana satelit dibangun dan roket yang akan dipakai.

“Roket Chang Zheng 3B atau Long March 3B kan di 2009 lalu juga kendala menerbangkan Palapa D ke orbit harusnya [di]black list. Kan banyak roket lain yang lebih bagus dan sukses,” jelasnya.

Untuk diketahui, Heru menjelaskan bahwa umur dari satelit Palapa D pada awalnya adalah 15 tahun. Namun, ketika peluncurannya satelit ini jauh dari orbit yang ditargetkan, sehingga untuk mencapai orbit tersebut umurnya menjadi berkurang

“Umur satelit ini jadi 10,5 tahun, yang habis [masanya] pada Februari 2020,” terangnya.

Senada, pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung Ian Joseph Matheus Edward mengatakan bahwa Satelit Nusantara Dua memiliki kapasitas 20x36 MHz transponder C-band FSS dan 9.5 Gbps HTS, sehingga satelit dapat mencakup wilayah seluruh Indonesia, Asia Pasifik, hingga Australia untuk transponder C-band dan seluruh Indonesia untuk HTS. 

Ian juga menjelaskan bahwa satelit ini memiliki spesifikasi lain, yakni 20 Transponder C Band untuk broadcast dan 10 Spot beam Ku-Band HTS (High Throughput Satelit) untuk kebutuhan data sebesar 9,5 Gbps Ku-Band. Teknologi ini untuk menggantikan Palapa D : 24 Transponder C Band dan 5 Transponder Ku Band.

Dengan demikian, satelit menjadi lebih efisien namun tetap memiliki nilai tambah pada kehandalan tautan. Satelit ini pun dapat dimanfaatkan untuk VSAT, broadcast, broadband, backbone, serta backhaul.

“Namun, untuk broadcast saat ini bisa menggunakan C Band dengan DVB-S2 [digital video broascasting - satellitea 2 High Definition], serta bagi 20 transponder sudah lebih dari cukup. Kemampuan HTS 9,5 Gbps ini yg sangat diperlukan untuk komunikasi data dua arah yg dapat menjangkau daerah sesuai spot beam dengan kecepatan tinggi,” jelasnya.

Dia meyakini bahwa komunikasi data HTS mampu digunakan untuk akses internet dan koneksi layanan seluler bagi daerah (tertinggal, terdepan dan terluar) 3T di Indonesia ataupun kebutuhan bandwidth besar dengan cepat.

“Saat ini kembali ke palapa D, sehingga kemampuan data 9,5 GBps [ini] menjadi tidak bisa [direalisasikan]. Dampaknya ada keterlambatan untuk mencapai kedaulatan informasi dengan komunikasi data di Indonesia khususnya dan kerugian peluang bisnis bagi konsorsium,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper