Incar Pasar Luar Negeri, Ini Strategi Fintech Lending Nasional

Rahmad Fauzan
Selasa, 3 Maret 2020 | 18:19 WIB
Reynold Wijaya (CEO & Co-Founder Modalku) dan Iwan Kurniawan (COO & Co-Founder Modalku)./Istimewa
Reynold Wijaya (CEO & Co-Founder Modalku) dan Iwan Kurniawan (COO & Co-Founder Modalku)./Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menyadari besarnya potensi yang bisa diraup, platform fintech peer-to-peer (P2P) lending asal Indonesia melakukan berbagai upaya penyesuaian terhadap regulasi yang berlaku di negara-negara ekspansi.

Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan perusahaan yang saat ini telah memperluas bentangan bisnisnya ke Singapura dan Malaysia tersebut merekrut tenaga ahli di masing-masing negara sebagai upaya penyesuaian lapangan.

"Grup Modalku merekrut tenaga ahli untuk melakukan penyesuaian terhadap regulasi serta kondisi pasar di masing-masing negara," ujar Reynold kepada Bisnis.com, Selasa (3/3/2020).

Sebagai informasi, hingga saat ini seluruh grup Modalku yang beroperasi di luar negeri telah memiliki status berizin. Untuk grup Modalku yang beroperasi di Singapura dan Malaysia berada di bawah Funding Societies, sebuah platform crowdfunding asal Singapura.

Sementara itu, Investree tahun ini akan memperkuat tonggak bisnisnya di Thailand dan Filipina.

Co Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan perusahaan yang tahun lalu berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp4,46 triliun itu tidak akan menambah wilayah ekspansi tahun ini untuk menjaga fokus pengembangan bisnis di kedua negara.

"Tahun ini, kami tidak menambah target ekspansi. Selain Indonesia, Investree fokus di Thailand dan Filipina," ujarnya, Selasa (3/3/2020).

Sebagai strategi, jelas Adrian, Investree menjalin kerja sama dengan mitra lokal di masing-masing negara dengan membentuk joint venture. Pada akhir Januari 2020, Investree menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan holding publik yang mengawali bisnisnya di sektor pembiayaan kendaraan di Filipina, Group Filinvest.

Kedua pihak meresmikan kolaborasi tersebut dengan tujuan memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Filipina.

Namun demikian, ekspansi yang dilakukan tentunya tidak terlepas dari tantangan. Adapun, hal yang dikatakan menjadi tantangan utama adalah melakukan penyesuaian dengan regulasi negara setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper