Pengamat: Penerapan eSim Perlu Ditinjau Ulang

Akbar Evandio
Rabu, 19 Februari 2020 | 20:38 WIB
Model memperlihatkan Kartu Perdana BosKu (Bonus Kuota) saat peluncurannya di Jakarta, Selasa (26/3/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Model memperlihatkan Kartu Perdana BosKu (Bonus Kuota) saat peluncurannya di Jakarta, Selasa (26/3/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pengamat menilai aktivitas bisnis ekspansi sim tanam atau embedded-SIM (e-SIM) akan menimbulkan kendala baru bagi konsumen.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa implementasi embedded SIM (eSim) di Indonesia masih perlu dikonsultasikan. Dia menambahkan bahwa eSim bakal menimbulkan berbagai macam kendala di masyarakat.

Kendala pertama ialah masih terdapat kesulitan untuk berganti ke nomor atau operator lain karena sifatnya software. Kedua, model bisnis saat ini adalah bundling sehingga hanya operator bersangkutan yang bisa memberikan layanan alias tidak bisa pindah operator lain.

“Harus dikonsultasikan dan dirumuskan bagaimana pro dan kontra dan strategi jika diimpelementasi, karena dalam prakteknya masih terdapat kendala,” ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Rabu, (19/2).

Model bisnis bundling adalah strategi penjualan yang dilakukan dengan cara menggabungkan dua buah produk atau beberapa buah produk tertentu di dalam sebuah paket penjualan.

“Ketiga, kita mengimplementasikan aturan registrasi pengguna. Nah,dengan esim masih belum jelas gimana metode registrasi  karena nomor dijual dalam kondisi seharusnya tidak aktif. Sebab kalau eSim kan [sudah] aktif,” lanjutnya.

Kini tren industri telekomunikasi global mulai melangkah ke depan. Global System for Mobile Communications Association (GSMA) merilis teknologi subscriber identity module (SIM) yang baru, yaitu eSIM.

Dengan eSIM, pengguna tak perlu memiliki fisik SIM seperti yang umumnya saat ini dipraktekkan di Indonesia. Adanya teknologi ini diyakini mempermudah pengguna selular.

Heru menambahkan bahwa Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia  (Kominfo) perlu meninjau kembali manfaat eSim bagi industri telekomunikasi.

Sekadar informasi, teknologi eSIM adalah SIM yang berbentuk barcode. Pengguna bisa memindainya pada smartphone. Selanjutnya, SIM pun akan berfungsi di smartphone itu tanpa kartu.

Kini telah ada 9 negara yang menawarkan dukungan eSIM, yakni Austria, Kanada, Kroasia, Republik Ceko, Jerman, Hungaria, India, Spanyol dan Amerika Serikat (AS).

Menurut Social Compare,  telah terjadi lima kali evolusi kartu SIM mengikuti perkembangan ponsel genggam saat itu. Evolusi pertama terjadi  pada 1991 yang bernama Full Size SIM yang memiliki panjang 85,6 mm dan lebar 53,98 mm. Kemudian pada 1996 terjadi perubahan dan masuk evolusi kedua  yaitu Mini SIM yang memiliki panjang 25 mm dan lebar 15 mm. Pada 2003 ukuran kartu SIM kembali mengecil dengan panjang 15 mm dan lebar 12 mm dengan nama Micro SIM.

Setelah itu, di 2012 hadir Nano SIM yang berukuran lebih kecil yakni panjang 2,3 mm dan panjang 8 mm. Kemudian sekitar 2016 eSIM hadir yang merupakan modifikasi terbaru dari kartu SIM tersebut. eSIM memiliki panjang 6 mm dan lebar 5 mm dan disolder ke motherboard perangkat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper