Pemerintah Didesak Awasi Praktik Sewa Jaringan di Indonesia Timur

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 20 November 2019 | 15:41 WIB
Salah satu BTS Telkomsel di daerah perbatasan. Telkomsel secara nasional telah mengoperasikan 627 base transceiver station (BTS) yang berlokasi di perbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Australia, Filipina, dan Papua Nugini dalam upaya mendukung kedaulatan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bisnis/Istimewa
Salah satu BTS Telkomsel di daerah perbatasan. Telkomsel secara nasional telah mengoperasikan 627 base transceiver station (BTS) yang berlokasi di perbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Australia, Filipina, dan Papua Nugini dalam upaya mendukung kedaulatan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bisnis/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diminta turun tangan mengawasi praktik penyewaan jaringan oleh penyelenggara jaringan kepada penyelenggara jasa internet, khususnya di wilayah Timur Indonesia. 

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan bahwa kemudahan perizinan untuk menggelar layanan jasa internet, telah mendorong pertumbuhan jumlah penyedia jasa layanan internet hingga mencapai sekitar 500 perusahaan.

Meskipun jumlah pemain yang bersaing di industri penyedia layanan internet cukup signifikan, kata Jamal, tidak terlalu berdampak terhadap kesehatan industri ISP. Sebab, peminatnya masih sangat banyak.

Jamal mengatakan bahwa permasalahan industri penyedia jasa internet saat ini adalah sikap operator penyedia jaringan yang tebang pilih dalam menyewakan jaringan.

Menurutnya, penyedia jaringan yang juga mengantongi izin sebagai penyelenggara jasa rentan akan konflik kepentingan, sehingga sejumlah wilayah berkembang yang membutuhkan layanan internet, ditutup aksesnya oleh penyelenggara jaringan, dan dijadikan eksklusif.  

“Praktik ini banyak terjadi terutama di daerah timur [Indonesia], ada satu operator penyelenggara jaringan dan dia tidak mau memberikan [menyewakan] layanan jaringan mereka ke penyedia jasa,” kata Jamal kepada Bisnis.com, Selasa (19/11/2019).

Jamal meminta regulator untuk turun tangan dan memantau hal tersebut. Dia juga meminta hadirnya aturan main yang terbuka antara penyelenggara jaringan dengan penyedia jasa.

Dia mengatakan banyak perusahaan ISP yang ingin beroperasi di Kalimantan, Sulawesi dan wilayah timur, sayangnya, terbentur ketiadaan jaringan. 

Kalaupun terdapat operator yang memiliki jaringan telekomunikasi di sana, mereka enggan menyewakan kepada yang lain. 

Ataupun jika seandainya diberi sewa, tuturnya, terbatas hanya sekian MHz dengan alasan keterbatasan kapasitas jaringan. Padahal, kapasitas yang operator tersebut miliki masih besar. 

Ketiadaan pihak yang bersedia menyewakan jaringan di wiliyah timur, membuat beberapa ISP menggelar layanan di tempat yang padat karena di sana memiliki banyak pilihan untuk menyewa jaringan. 

“Kalau mau makin sehat, maka ikuti aturan main yang penyedia jaringan harus ke jasa. Sekarang serba susah karena penyedia jaringan punya izin jasa juga, sehingga mereka bersaing dengan penyelenggara jasa,” kata Jamal.

Senada, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono mengatakan bahwa untuk mengatasi permasalahan mengenai konflik kepentingan dalam penyewaan jaringan, pemerintah harus hadir dan memberikan pengawasan dalam persaingan bisnis.

Dia juga berpendapat jumlah pemain penyedia layanan internet  saat ini terlalu banyak, sedangkan 80% pasar industri hanya dikuasai oleh 5 pemain besar. Mengenai hal ini, konsolidasi dan sharing infrastruktur antara penyedia jasa internet menjadi jawabannya.

“Seharusnya ada safeguard berupa pengawasan dari pemerintah bahwa pemilik infrastruktur harus memberikan akses dan tarif sewa yang sama kepada setiap pemain jasa,” kata Kristiono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper