Serangan Malware Sejak 2018 Meningkat 50%

Rahmad Fauzan
Senin, 16 September 2019 | 20:01 WIB
Ilustrasi Malware/Antara
Ilustrasi Malware/Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Sejak 2018, serangan siber secara global meningkat 50% di mana aset perusahaan yang terdapat pada media penyimpanan data, platform surel, dan perangkat seluler individu menjadi target utama.

Berdasarkan keterangan resmi Check Point yang diterima Bisnis.com, Senin (16/9/2019), Direktur Regional Asia Tenggara di Check Point Software Technologies, Evan Dumas, mengatakan institusi keuangan menjadi sasaran terbesar serangan malware.

“Contohnya JP Morgan. JP Morgan dibobol beberapa tahun yang lalu oleh penjahat siber menggunakan malware sebagai 'senjata'. Kasus tersebut menjadikan bank sebagai salah satu pengguna produk keamanan terbesar," ujarnya, Senin (16/9/2019).

Tingginya risiko malware di sektor perbankan salah satunya disebabkan oleh  maraknya komputer dan ponsel pintar untuk melakukan transaksi perbankan.

Adapun, jenis serangan yang mendominasi pada 2019 adalah ancaman serangan ransomware. Kolaborasi antarpelaku ancaman malware tersebut menghasilkan serangan fatal yang melumpuhkan beberapa organisasi di seluruh dunia. Akhir dari serangan ransomware biasanya dimulai dengan serangkaian infeksi bot.

“Orang-orang yang mendapatkan penghasilan bersih menjadi sasaran serangan ransomware. Sekali Anda menjadi korban, mereka akan meminta Anda untuk membayar tebusan atas data yang mereka tahan. Semakin tinggi pendapatan Anda, semakin banyak pula uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan kembali data Anda,” lanjut Dumas.

Sementara itu, antivirus dinilai tidak lagi cukup ampuh untuk menangkal serangan mengingat saat ini malware disebarkan melalui banyak vektor, seperti PC, perangkat seluler, dan media penyimpanan data.

“Apa yang kita butuhkan saat ini adalah solusi tepat yang tidak hanya dapat menghapuskan virus biasa, namun juga ampuh mengatasi serangan malware paling canggih,” imbuhnya.

Selain itu, pertumbuhan serangan malware harus terus diperhatikan, dan strategi keamanan siber dituntut untuk melawan ancaman tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper