Cegah Malware Siluman, Eset Sebut Pengguna Bisa Manfaatkan Greyxortex

Anggara Pernando
Jumat, 2 Agustus 2019 | 02:35 WIB
Ilustrasi kejahatan siber./Reuters-Kacper Pempel
Ilustrasi kejahatan siber./Reuters-Kacper Pempel
Bagikan

UBisnis.com, JAKARTA -- PT Prosperita – Eset Indonesia, mendorong para pengelola keamanan jaringan memanfaatkan Greycortex untuk melindungi pusat data mereka.

Yudhi Kukuh, IT Security Consultant PT Prosperita – Eset Indonesia menjelaskan pada dasarnya setiap perilaku yang terjadi di dalam jaringan selalu meninggalkan jejak. Dengan merekam metadata dalam jaringan dari waktu ke waktu maka para pengelola jaringan dapat memperkecil risiko kerusakan data akibat serangan malware dan para pencuri data.

"Dengan menerapkan machine learning, analisis lalu lintas jaringan dapat mendeteksi bahkan penyimpangan terkecil dari setiap perilaku. Dengan memasukkan analisis lalu lintas jaringan ke dalam sistem keamanan perusahaan, organisasi dapat mencapai tingkat dimana mereka mendapat visibilitas ke semua aktivitas abnormal di infrastruktur mereka,” kata Yudhi dalam keterangan tertulisnya Kamis, (1/8/2019).

Menurutnya, salah satu cara mendeteksi seluruh lini dalam sistem jaringan adalah dengan menggunakan Greyxortex. Sistem ini dirancang seperti mata siber yang bisa melihat segalanya. Sistem akan mengawasi setiap aktivitas dan perilaku yang terjadi di dalam jaringan.


"Semua bentuk kejahatan siber boleh punya kemampuan bersembunyi dan menghindari pendeteksian, tapi tidak dari mata yang bisa melihat segalanya. Keistimewaan ini didukung oleh database yang berisi daftar hitam lebih dari 100.000 alamat IP dan lebih dari 45.000 deteksi signature aktif dalam 40 kategori yang terus diperbarui setiap saat," katanya.


Kukuh menyebutkan pemanfaatan Greyxortex akan menghasilkan dan menyimpan metadata yang sangat terperinci untuk berbagai kinerja jaringan, keamanan, dan manajemen.

"Sementara untuk instalasi dapat dilakukan dengan mudah dan dapat disebarkan pada perangkat keras standar, VMWare atau Hyper-V dan mudah dikelola," ujarnya.

Seperti diketahui, banyak kasus pencurian data besar-besaran terjadi dalam beberapa tahun kebelakang. Salah satu kasus pencurian yang mengundang kekhawatiran besar adalah kasus Equifak yang menyebabkan dicurinya data personal dan finansial 148 juta warga Amerika. Pembobolan data terjadi karena peretas memanfaatkan celah keamanan di alat yang dirancang untuk membangun aplikasi web. Celah ini dimanfaatkan untuk mencuri data pelanggan.

Dalam pencurian ini, pencuri menggunakan malware stealth atau malware siluman yang mampu menyamarkan dirinya untuk menghindar dari pendeteksian, bersembunyi dalam sistem dalam waktu lama sambil terus memanfaatkan celah kerentanan yang muncul untuk mencuri segala macam hal berharga yang dimiliki perusahaan.

"Dalam riset yang dilakukan oleh Ponemon Institute pada Maret 2019. Dari survei yang mereka lakukan diketahui bahwa 90% lingkungan infrastruktur rusak oleh setidaknya satu serangan siber, sementara 62% merasakan serangan berulang pada perusahaan mereka. Lebih jauh, 80% responden manyatakan penyebab utamanya adalah kurangnya visibilitas terhadap serangan di jaringan," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper