Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. menjadi satu dari tujuh peserta yang lolos prakualifikasi dan bisa mengikuti lelang proyek pengadaan satelit multifungsi jenis high throughput satellite (HTS) yang ditawarkan pemerintah.
Presiden Direktur dan CEO PT Indosat Ooredoo, Tbk, Joy Wahjudi mengatakan Indosat membentuk konsorsium bersama PT Indo Teleglobal Pratama untuk mengikuti proses pengadaan.
Adapun, modal untuk mengikuti lelang telah dimiliki seperti kepemilikan spektrum Ka Band di slot orbit 113 BT. Di sisi lain, pihaknya pun memiliki pengalaman dalam hal teknis dan bisnis terkait pengelolaan serta pengoperasian satelit.
"Konsorsium Indosat Lintasarta JSAT dan Teleglobal telah lolos [prakualifikasi]. Indosat memiliki keunggulan kepemilikan spectrum Ka Band di slot 113BT, pengalaman mengelola dan mengoperasikan satelit baik secara teknis maupun bisnis," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (6/9/2018).
Selain itu, dari sisi infrastruktur, pihaknya memiliki fasilitas pendukung yakni stasiun bumi di Jatiluhur, Jawa Barat juga infrastruktur serat optik.
Proses pengadaan satelit multifungsi dimulai pada pekan kedua Agustus melalui tahap prakualifikasi. Kemudian, dilanjutkan dengan lelang yang pemenangnya akan diumumkan pada akhir 2018.
"Secara infrastruktur, Indosat juga sudah memiliki berbagai infrastruktur pendukung HTS untuk ground segment-nya dalam bentuk stasiun bumi di Jatiluhur serta jaringan serat optik yang juga dibutuhkan untuk mendukung HTS ini," katanya.
Enam perusahaan lain yang terpilih mengikuti lelang yakni Eutelsat, SA; Konsorsium Bakti Untuk Negeri; Konsorsium Dharma Bakti; Konsorsium PSN, Konsorsium PT Satelit Multimedia Indonesia-APT Satellite Company Limited dan Viasat, Inc. Tujuh perusahaan ini terpilih mengikuti lelang setelah lolos dalam prakualifikasi dan menyingkirkan dua peserta lainnya.
Sebelumnya, didapatkan empat perusahaan khusus jasa konsultan yakni Deloitte untuk bidang finansial, Sarana Multi Infrastruktur yang menangani skema kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU), Argosat untuk konsultan dari sisi teknis dan Tritech untuk konsultan telekomunikasi.
Satelit jenis HTS merupakan satelit telekomunikasi dengan kecepatan transfer tinggi yang disebut memiliki teknologi terbaru. Melalui satelit ini, daerah-daerah yang tak bisa tersentuh jaringan internet kabel bisa menikmati kualitas internet kecepatan tinggi.
Secara umum, satelit sangat dibutuhkan untuk menghubungkan daerah kepulauan, dan daerah terpencil yang terpisah dengan laut. Targetnya, satelit berkapasitas 150 Gbps hingga 200 Gbps ini akan melayani 150.000 titik termasuk sekolah dan kantor pemerintahan. Satelit ini dibangun dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau public private partnership (PPP) seperti yang diterapkan pada proyek Palapa Ring. Skema tersebut pun diterapkan pada proyek strategis nasional (PSSN) yang berada di bawah pengawasan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas atau KPPIP.
Pada proyek ini, investor akan menanggung modal lebih dulu dan baru mendapat pengganti biaya ketika infrastruktur beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD). Pemerintah menggunakan dana universal service obligation (USO) atau dana kontribusi kewajiban pelayanan universal (KPU).
USO atau KPU merupakan anggaran kontribusi operator kewajban pelayanan universal, kontribusi wajib ketika mereka tidak mau membangun daerah terpencil. Yaitu sebesar 1,25% dari pendapatan kotor per tahun.