Mimpi 5G di Siang Bolong

Agne Yasa Manik & Sholahuddin Al Ayubi
Selasa, 4 April 2017 | 08:41 WIB
Teknologi 5G/Ilustrasi
Teknologi 5G/Ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah vendor teknologi kini tengah mendorong Pemerintah Indonesia agar mengimplementasikan teknologi 5G atau generasi kelima. Teknologi itu dinilai memiliki banyak kelebihan dibandingkan jaringan 4G LTE yang tengah dikembangkan hingga ke wilayah pelosok Indonesia.

Di Indonesia sendiri, jaringan 5G sebenarnya masih sebatas konsep pada tataran ide yang ditelurkan oleh setiap vendor teknologi dan jaringan agar nantinya vendor tersebut mendapatkan tender dari seluruh operator, sekaligus izin dari pemerintah untuk menggeber jaringan 5G.

Babak pemanasan untuk menyongsong teknologi 5G tersebut sudah dimulai pada panggung Mobile World Congress (MWC) 2017 yang diselenggarakan di Barcelona, Spanyol. Memang, jika diilustrasikan jaringan 5G dengan 4G LTE saat ini, berbeda sangat jauh dalam hal kecepatan transfer data.

Mimpi 5G di Siang Bolong

Jika pada jaringan 4G LTE kecepatan transfer data diibaratkan seperti mobil balap, maka jaringan 5G sudah menembus lebih jauh ibarat pesawat jet yang sedang terbang di angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Jika kecepatan transfer data pada 4G LTE baru mencapai angka sekitar 100 Mbps, maka pada jaringan 5G kecepatan data sudah menembus hingga puluhan Gbps.

Cepat memang, bahkan, kecepatan tersebut sudah tidak cocok lagi untuk memainkan video streaming atau download film pada smartphone, tetapi juga dapat digunakan untuk menggerakkan robot yang memiliki skala medium hingga besar.

Salah satu perusahaan teknologi global yang telah menggelar demo jaringan 5G pertama kali di Tanah Air adalah Ericsson. Perusahaan tersebut telah uji coba 5G yang mencakup 5G test bed, 5G New Radio (NR) dan digunakan untuk menggerakkan tangan robot yang menggunakan sensor gerak termasuk uji coba video streaming secara live.

Berdasarkan demo yang dilakukan Ericsson selama 3 hari di Indonesia, test bed radio 5G perusahaan global tersebut, telah menghasilkan kecepatan downlink hingga mencapai angka sebesar 5,3 Gbps dan latensi serendah 3ms.

Thomas Jul, Presiden Direktur Ericsson Indonesia dan Timor Leste mengemukakan jika operator telah mengadopsi teknologi tersebut, maka berpotensi dapat mendorong pemasukan hingga 34% pada 2026. Selain itu, menurutnya, industri tersebut juga akan diuntungkan oleh aplikasi Internet of Things (IoT) inovatif seperti transportasi pintar dan layanan kesehatan jarak jauh.

"‎Ericsson melihat kebutuhan ini dapat mendukung pemerintah, operator telekomunikasi dan industri di Indonesia agar lebih baik dalam mempersiapkan teknologi generasi berikutnya ini," tuturnya.

Mimpi 5G di Siang Bolong

Test bed 5G milik Ericsson menurutnya juga telah mencakup semua fungsi yang dibutuhkan dalam melakukan ujicoba pra-commercial dari layanan tersebut. Selain itu, dia mengatakan teknologi itu juga telah mendukung fitur seperti beam forming dan tracking, multi-user MIMO, transisi multi-situs dan dynamic TDD.

"Latency yang rendah dan reliabilitas tinggi 5G, ditambah kecerdasan dalam cloud bisa mendukung komunikasi manusia ke mesin dengan lebih baik," katanya.

 

Secara terpisah, Magnus Ewerbring CTO Ericsson Asia Pasifik mengemukakan potensi bisnis pada 5G dinilai sangat besar untuk industri telekomunikasi di Indonesia ke depan. Menurutnya, sektor energi dan manufaktur juga memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar dengan mengadopsi 5G.

"Kami telah membuat ekosistem 5G terkuat yang memungkinkan pertumbuhan menjadi lebih cepat dan mendiring transformasi ke 5G yang lebih baik," tuturnya.

Indonesia sendiri sebenarnya membutuhkan waktu yang relatif cukup lama untuk dapat menikmati 5G tersebut. Pasalnya, tantangan terbesar mengadopsi 5G adalah ketersediaan spektrum yang digunakan masih terbatas dan alokasi spektrum di Indonesia untuk kebutuhan telekomunikasi juga masih sedikit jika dibandingkan dengan negara lain.

Selain itu, jika pemerintah berencana menerapkan jaringan 5G di Indonesia, maka lapisan masyarakat yang dapat menikmatinya hanya wilayah perkotaan sedangkan wilayah rural tidak dapat menikmatinya. Pasalnya, untuk mendukung jaringan 5G di wilayah rural, pemerintah harus menyiapkan BTS yang jarak dan lokasinya tidak tidak terlalu jauh dari satu BTS ke BTS yang lain, sehingga hal tersebut juga akan berdampak pada investasinya yang melonjak naik.

CEO XL Axiata, Dian Siswarini menjelaskan saat ini jaringan 4G LTE dinilai sudah lebih dari cukup untuk masyarakat Indonesia. Menurutnya, jaringan 5G itu lebih cocok untuk diterapkan oleh industri berskala besar yang mengedepankan teknologi IoT atau Mechine to Mechine (M2M).

"Memang kalau untuk penggunaan personal, 4G itu sudah lebih dari cukup. Tapi kalau penggunaannya untuk kapasitas yang jauh lebih besar, baru pakai 5G," katanya.

‎Menurutnya, untuk menerapkan 5G, perusahaan telekomunikasi masih membutuhkan waktu di atas 4 tahun ke depan. Pasalnya, adopsi 4G LTE sampai saat ini baru sekitar 25% dari total seluruh market pengguna XL.

"Tapi kalau untuk tecnical trial sekarang pun sudah bisa dilakukan, tapi untuk commercial masih butuh waktu 3-4 tahun ke depan," ‎katanya.

Mimpi 5G di Siang Bolong

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyambut positif teknologi 5G itu. Dia berpandangan, perkembangan teknologi digital saat ini merupakan suatu keniscayaan, meskipun industri masih belum siap mengadopsi teknologi tersebut.

"Ya ini kan balik lagi ke operatornya, sudah siap apa belum. Kalau 5G ini diimplementasikan ke depan bisa mengubah lifestyle seseorang. Cara hidup orang juga akan berubah nanti," katanya.

‎Menurutnya, teknologi generasi kelima tersebut saat ini baru dapat digunakan oleh industri ‎tertentu yang sudah menggunakan robot dalam melakukan aktivitas industrinya. Dia berharap ke depan semua operator dapat mengadopsi teknologi ini.

"Pokoknya kita lihat saja nanti bagaimana ke depannya. Tapi kalau untuk desainer profesional yang membutuhkan transfer file dalam ukuran besar, teknologi ini berguna sekali," katanya.

Secara terpisah, CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli memastikan akan mengikuti kehadiran 5G di Indonesia. Kendati demikian, dia mengusulkan agar pemerintah terlebih dulu mendorong agar semua perangkat mengadopsi teknologi 5G, sehingga operator dapat mengadopsi jaringan generasi kelima tersebut.

"Sekarang masalahnya kan, kapan maunya. Seharusnya pemerintah juga mendorong headset, sebelum headset ada, kita tidak ada gunanya masuk ke 5G. Jadi yang penting devicenya dulu," ujarnya.

Dia mengatakan perlu ada strategi dan dorongan dari pemerintah untuk mengubah teknologi terbaru. Menurutnya, dewasa ini pengguna ponsel 3G juga masih ada meskipun sudah jauh berkurang dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di kota besar yang dipaksa beralih ke 4G LTE.

"Jadi dipaksa agar orang beralih ke 4G, karena kan 3G itu teknologi yang lebih buruk dari 4G dan lebih mahal unit cost-nya," tukasnya.

Memang tidak ada salahnya jika pemerintah mau mendorong industri telekomunikasi menggunakan teknologi 5G. Namun, yang harus dilihat adalah kondisi dan situasi industri tersebut, jika memang belum siap, maka pemerintah tidak perlu kebelet menerapkan 5G, ibarat mimpi 5G di siang bolong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper