Tahija Riset Metode Metode Alamiah Tekan Deman Berdarah

Natalia Indah Kartikaningrum (K12)
Minggu, 28 Februari 2016 | 18:00 WIB
Agus Susanto, Wakil Ketua Yayasan Tahija (kanan) bersama dengan Warsito Tantowijoyo, Entomologist EDP Yogyakarta (kiri) saat menjelaskan mengenai EDP Yogyakarta di Bali. /Bisnis.com
Agus Susanto, Wakil Ketua Yayasan Tahija (kanan) bersama dengan Warsito Tantowijoyo, Entomologist EDP Yogyakarta (kiri) saat menjelaskan mengenai EDP Yogyakarta di Bali. /Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JIMBARAN--Yayasan Tahija berkolaborasi bersama dengan Universitas Gadjah Mada dan Monash University Australia melakukan riset Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta.

Penelitian tersebut mengembangkan sebuah metode alamiah untuk mengurangi penyebaran virus demam berdarah dengan menggunakan bakteri alami yang disebut Wolbachia, dimana bakteri itu jika terkandung dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti bisa menekan virus demam berdarah sehingga tidak ditularkan ke manusia.

Agus Susanto, Wakil Ketua Yayasan Tahija, mengatakan penelitian tersebut dimulai sejak 2011 dan saat ini telah memasuki fase yang ketiga yaitu pelepasan nyamuk Wolbachia ke tempat yang lebih besar.

“Secara keseluruhan kami ada empat fase yang utama. Pertama persiapan untuk penelitian seperti uji keamanan dan kelayakan, kedua pelepasan nyamuk yang sudah ber-Wolbachia di skala kecil dimana awalnya kami melepas nyamuk dewasa kemudian melepas telur. Kedua fase tersebut sudah kami lakukan,” paparnya kepada media, Minggu (28/2/2016).

Dia menambahkan dengan fase ketiga tersebut pihaknya ingin meneliti apakah dengan populasi yang lebih besar, nyamuk tersebut dapat menurunkan kasus demam berdarah.

“Kemudian fase keempat atau yang terakhir kami membantu untuk membuat model implementasinya yang berkaitan dengan pemerintah sebagai pembuat kebijakan,” ujarnya.

Project Leader EDP Yogyakarta, Prof. Adi Utarini, mengatakan sekarang ini sudah dilakukan pelepasan nyamuk Wolbachia di empat wilayah yang terbatas dengan penduduk kurang dari 3.000 jiwa per wilayahnya di Yogyakarta.

Dia menilai bahwa setelah dilepas nyamuk tersebut bisa berkembang biak alami di alam dengan nyamuk Aedes Aegypti liar, kemudian di wilayah tersebut juga diamati perkembangan kasus demam berdarahnya.

"Memang setelah 2 tahun sejak nyamuk tersebut dilepaskan, itu sudah terlihat. Misalkan di satu wilayah pada Januari 2014 ada tujuh kasus dan pada Januari 2015 sudah turun jadi dua kasus, selanjutnya pada 2016 kemarin sudah tidak ada kasus,” jelasnya.

Dia mengatakan di wilayah terbatas, penelitian tersebut sudah mulai terlihat dampak yang cukup signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper