Herman Setya Budi : Berkarya dan Berbagi

News Editor
Rabu, 19 Desember 2012 | 08:45 WIB
Bagikan

Menyatukan visi dari segenap anak perusahaan yang tergabung dalam se­­­­­buah grup perusahaan bukan perkara mudah bagi seorang pemimpin. Apa­­­­lagi jika masing-masing anak perusahaan mewakili kultur yang heterogen. Inilah yang menjadi tantangan sekaligus pengalaman berharga bagi perjalanan karier Herman Setya Budi, Presiden Direktur  PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Berikut adalah wawancara Bisnis dengannya baru-baru ini.

 

Bisa dijelaskan bisnis inti perusahaan yang Anda kelola?

Bisnis kami menyediakan infrastruktur untuk para operator telekomunikasi agar mereka dapat memberikan layanan maksimal kepada pelanggannya. Misi kami menjadi partner yang reliable.Kalau bicara infrastruktur, sebenarnya lebih lengkap ya. Tapi saat ini, aset kami mostly menara tapi kami juga punya in building service atau antena di dalam gedung sebanyak 420 di seluruh Indonesia. Perangkat ini untuk menjangkau sinyal operator di dalam gedung. Kami juga ada CDC atau genset hybrid untuk dukung BTS jika tidak ada aliran listrik. Ada juga untuk BTS shelter kemudian AC dan lainnya. Kami juga sewakan equipment di dalamnya. 

Ada kaitannya dengan fiber optic [FO]?

FO itu disediakan perusahaan infrastruktur juga. Ke depan ini bisa nyambung, kalau saat ini kami menggunakan seluler untuk kota-kota besar yang nantinya makin sulit untuk bangun tower maka diperlukan FO, kemudian bisa disewakan juga ke operator. 

Bagaimana kondisi ketika bisnis ini mulai?

Di industri, sudah ada pendahulu kami sebelumnya, kami berkembang melalui akuisisi tower dan atau perusahaan tower termasuk pada 2006 dan pada 2010 PT Indonesia Tower termasuk perusahaan pertama yang berbisnis di bidang ini tapi sudah menjadi bagian PT Tower Bersama.

Perusahaan menjadi satu tapi perusahaan ini masih eksis, jadi bisa dibilang holding karena operasionalnya ada di masing-masing PT [perseroan terbatas] yang sudah menjalin kontrak dengan operator. Kemudian kami berintegrasi menjadi satu manajemen yaitu Tower Bersama Group. 

Bagaimana Anda mengelola hubungan dengan pelanggan?

Kami sebut, kami ini perusahaan independen karena tidak berafiliasi dengan operator. Mostly khusus bergerak di bidang infrastruktur. Klien kami operator. Kan ada operator yang punya tower juga, hanya saja agar fokus mereka bentuk usaha pengelola, yang artinya ada hubungan. Kalau kami betul-betul tak ada hubungan, semua customer kami layani secara equal. Sama. 

Bagaimana pengalaman karier Anda?

Ini pengalaman pertama saya di telekomunikasi. Sebelumnya, saya menjadi direktur di perusahaan asuransi jiwa, bahkan sebelum itu saya penjual mobil, dan pernah bekerja di multifinance company. Sebenarnya kalau dirunut, saya joint dan saya dipercaya diberi tanggung jawab share holder perusahaan besar ini [Provident Capital dan Saratoga Capital] yang kuat di entrepreneurship. Perusahaan ini cukup besar. Saat dibangun mostly dari akuisisi jadi PT-nya banyak, manajemennya sendiri-sendiri.

IPO pada 2010, waktu itu karena industri nya masih muda sistem belum ada jadi tidak mungkin perusahaan terpisah-pisah maka tugas saya mengintegrasikannya agar menjadi satu manajemen tim yang solid dan sistemnya untuk persiapan 2010. Pada saat itu masih muda [1.400 tenant] kalau sekarang hampir 10 kali, 12.000 tenant yang tersebar di seluruh Indonesia jadi kalau tanpa ditunjang sistem [TI] yang baik maka akan menjadi kerepotan tersendiri. 

Tantangan terberat sepanjang karier Anda?

Tantangan itu berganti-ganti. Awalnya bagaimana membuat Tower Bersama menjadi struktur satu kesatuan dan solid. Kami siapkan kultur sehingga saat akuisisi menjadi lebih mudah. Kami perusahaan besar yang datang dari bermacam-macam kultur perusahaan. Nah, pada saat sistem TI dan kultur sudah terbentuk tinggal bagaimana menyatukan orang-orang yang kompeten agar dapat men-service dengan baik. Dari sisi pembangunan, tantangan terbesar sampai sekarang adalah site acquisition yang kami dapatkan lahannya dan kami bisa bangun tower-nya disitu. Ini sekaligus menciptakan peluang sehingga bisa menjadi perusahaan independen yang bisa dipercaya operator. 

Hambatan yang ada dari daerah?  

Ini masalah pemda mengatur supaya tower itu tidak dibangun di tempat yang sembarangan dan tidak dalam radius yang berdekatan dengan tower lain sehingga mengurangi keindahan, jadi menurut kami ini sudah baik tinggal bagaimana mengacu pada SKB empat menteri yang mengatur menara bersama ini. Jika persaingan sehat menurut kami ini sah-sah saja dan baik. 

Pernah dirugikan?

Kasus yang kurang baik waktu itu Badung, Bali. Pemda menunjuk satu perrusahaan yang khusus membangun tower di situ. Pada intinya kalau itu dilakukan secara fair dan prosesnya benar saya kira akan sustain, sekarang kalau kita ke Badung susah sinyal. Ini belum terselesaikan, tower  kita banyak disitu dan juga tower-nya operator lain. 

Seberapa jauh dampak bisnis tower bagi ekonomi?

Pada 2006, perang tarif pulsa makin murah sehingga dengan dana yang operator miliki tentu mereka punya pilihan untuk punya banyak tower dengan harga yang makin murah. Mereka harus mengoptimalkan dana agar kompetitif dan kami punya kemampuan segera roll out dalam waktu singkat. Sehinga mereka dapat memberikan service dengan cepat dan efisien kepada pelanggannya. Di sisi ekonomi dan bisnis yang lain. Kan kita tahu di bisnis ini termasuk bisnis yang diproteksi jadi dari bahannya sendiri, untuk baja kami menyerap baja dari dalam negeri. Kedua, bermanfaat untuk UKM, ini karena banyak yang kami outsource di seluruh Indonesia mereka ini kan benar-benar produktif dan kami berikan pekerjaan. Ke masyarakat kami sering bangun tower dengan menarik jaringan listrik sekian kilometer yang dapat dinikmati masyarakat. 

Apa kunci suksesnya?

Tentu saja kalau bicara key success bisnis, otomatis adalah selain dananya sendiri cukup besar juga kinerja yang baik sehingga bisa memberikan profit margin yang cukup baik bagi perusahaan. Selain itu, bicara skala ekonomi makin besar aset maka profitabilitas juga harus bagus. Dari sisi roll out bagaimana kemampuan dalam akuisisi site dan membangun dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dalam service, penyewa kan maunya jangan sampai listrik mati, karena kalau mati opportunity mereka hilang. Ini yang kami jaga. 

Apakah pertumbuhan industri telco linier dengan infrastruktur?

Industri telekomunikasi cukup baik pertumbuhannya bisa 20%, kalau bicara ke belakang bicara Tower Bersama bahkan kurang lebih rata-rata 80% kalau dari sisi riilnya. Kalau kita ambil satu tesis dari sisi operator, operator, perkembangan subscriber signifikan ya. Tapi pada 2008 ada krisis di AS, saat itu dampaknya signifikan ke Indonesia. Operator saat itu menahan diri tidak roll out di saat bersamaan ternyata pelanggan meningkat, penjualan handphone signifikan besarnya. Jadi ada kebutuhan bukan saja di sisi network coverage  tapi juga kapasitasnya. Mereka mulai bangun lagi infrastruktur pada 2010-2011. Artinya kan tertinggal 2 tahun. Ini membutuhkan effort khusus untuk mengejarnya. Sementara teknologi berkembang ke 3G dan LTE. Artinya operator  butuh tempat untuk meletakan base transceiver station [BTS] dan membuat kami turut mengejar ketertinggalan tadi. Service kami merata dari Sumatra hingga Papua.

 

Bagaimana cara Anda menyikapi pelanggan?

Kami memiliki SLA [service level agreement] yang kami penuhi dengan sebaik-baiknya. Selain service, juga komitmen kami untuk mau membantu operator meng-cover seluruh Indonesia. Selain itu kami yakin mempunyai kemampuan kolokasi untuk beberapa operator sehingga memungkinkan mereka masuk ke wilayah yang operator ingin jangkau dan yang membutuhkan extra effort. 

Bagaimana Anda mengelola karyawan?

Jumlah karyawan [organik] kami 450 orang ahli yang lain adalah karyawan kontraktor. Untuk memotivasi karyawan, semua diberi tugas dan tanggung jawab serta wewenang, kemudian key performance indicator  yang hendak dicapai juga sudah dibahas dari awal. Mereka yang mampu mendapat bonus yang cukup menarik. Kami ciptakan kultur yaitu ke kantor menyenangkan hhaha.  

Gaya kepemimpinan yang Anda pilih?

Gaya saya direct. Saya set up rule of the game dari awal saya minta karyawan committed dengan target yang sudah disepakati bersama. 

Siapa yang mengisipirasi Anda?

Enterpreneurship dari [para senior] dan [komisaris] ini  menginsipirasi saya. Kalau karyawan kan intrapreneur, tentu karena saya juga sebagai penjual pernah merasakan entrepreneurship. Ini passion saya juga, haha. 

Apa hobi Anda?

Saya senang beli dan membaca buku. Kadang saya membaca dari versi digital meski tetap lebih suka baca yang versi hard copy. Buku apapun saya suka, kalau dulu temanya marketing, dan  pengalaman tokoh entrepreneur, politisi, serta biografi. Sekarang temanya apa saja, psikologi bagus ya saya baca, tentang energi juga. 

Adakah filosofi khusus yang menjadi pegangan?

Kalau motto hidup saya berkarya dan berbagi. Secara umum untuk kehidupan ini motto yang bisa diterjemahkan. Artinya kalau kerja ya kerja, kalau berbagi bisa dijabarkan berbagi ilmu, pengajaran atau pun coaching.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : News Editor
Editor : Sitta Husein
Sumber : Roni Yunianto
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper