Perhitungan tarif interkoneksi seluler diperbaiki

News Editor
Selasa, 22 November 2011 | 21:16 WIB
Bagikan

JAKARTA: Pemerintah berjanji akan memprogramkan proses evaluasi formula penghitungan dan penentuan asumsi tarif dasar interkoneksi seluler untuk tahun anggaran 2012.Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengatakan pemerintah siap memediasi desakan sejumlah operator yang menginginkan penurunan tarif dasar interkoneksi seluler.Menurut Nonot, sejumlah operator perlu berkoordinasi sebelum mengumpulkan Daftar Penawaran Interkoneksi (DPI) kepada BRTI. Setiap operator, sambungnya, mempunyai ekspektasi tarif masing-masing karena nilai investasi yang tidak sama.“Berkelahilah pada saat asumsi-asumsi tarif digelar. Jangan ribut setelah hitung-hitungannya sudah jadi,”ungkapnya kepada Bisnis hari ini.Nonot mengungkapkan pemerintah dan BRTI hanya bertugas mengakomodasi proses evaluasi tarif interkoneksi sekaligus menentukan formula penghitungan biaya yang sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8 tahun 2006 tentang Interkoneksi.Presiden Direktur PT XL Axiata Tbk Hasnul Suhaimi mengatakan pihaknya menginginkan penurunan tarif dasar interkoneksi sebesar 30%. Dia menilai tarif dasar interkoneksi sebesar Rp251 masih membebani operator.Hasnul mengungkapkan aktivitas panggilan seluler ke operator lain terus mengalami penurunan hingga di bawah 5%. Dia mencatat trafik panggilan sesama pelanggan XL masih begitu dominan.“Harus diakui kontribusi panggilan off-net sangat tidak menggembirakan,”jelasnya.Ketua Masyarakat Telekomunikasi (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan polemik penentuan tarif dasar interkoneksi terjadi akibat Permen Nomor 08 Tahun 2006 dan regulasi lainnya yang menjadi acuan dalam penerbitan DPI tidak sepenuhnya dijadikan pedoman.Dia menilai formula penghitungan biaya yang ditetapkan tidak pernah mengakomodasi kepentingan operator secara umum. Selain itu, ujarnya, kompleksitas organisasi dan jaringan juga menjadi salah satu komponen masalah.Wigrantoro mencatat layanan interkoneksi antaroperator selular pada jam-jam sibuk terjadi penurunan antara 30%-47%, sedangkan untuk interkoneksi dari selular ke jaringan tetap mengalami kenaikan hingga 114%.Menurutnya, pengguna telepon selular harus membayar lebih mahal ketika menghubungi pelanggan telepon tetap. “Artinya ada masalah dengan Permen Interkoneksi,”katanya.Selain itu, Wigrantoro menilai tren telekomunikasi layanan data turut memangkas potensi keuntungan yang dapat diperoleh operator dari layanan interkoneksi panggilan seluler. Layanan data, saat ini lebih populer karena tidak menggunakan mekanisme interkoneksi dengan operator lain. (25/Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : News Editor
Sumber : Surya Mahendra Saputra
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper