Industri kreatif TIK butuh insentif pendorong

Mochammad Subarkah
Minggu, 25 September 2011 | 12:58 WIB
Bagikan

JAKARTA: Industri kreatif berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membutuhkan instrumen dan insentif khusus untuk mendorong pertumbuhannya, menyusul aktivitasnya yang diperkirakan mampu menjadi sumber perekonomian baru. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Firmanzah mengatakan dampak TIK terhadap perekonomian sangat besar seperti ditunjukkan baik dari nilai industri, ekspor, investasi, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), serta keberadaannya sebagai penyumbang GDP. Menurut dia, dengan kondisi itu sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia perlu dirubah dari natural base economy menjadi creatif base economy, yang antara lain dapat dilakukan dengan memfokuskan pengembangan industri kreatif berbasis TIK seperti pengembang konten dan aplikasi.   Hal itu juga bersamaan dengan dorongan terhadap pembangunan infrastruktur broadband di Indonesia dengan target penetrasi hingga 30% pada 2014, di mana diperlukan pembangunan ekosistem pengguna, serta aplikasi dan konten sebagai pengisinya. Dalam hal ini, langkah tersebut sangat penting dilakukan untuk menciptakan meaningfull broadband, di mana keberadaannya dapat menjadi pondasi dan berdampak terhadap produktifitas nasional, sekaligus dalam upaya penciptaan lapangan kerja baru. “Yang diperlukan adalah bagaimana membuat broadband menjadi isu strategis, dan bagaimana membuat national policy yang mampu mendorong pertumbuhan industri kreatif dan ekosistem, tidak hanya dari sisi infrastruktur. Perlu instrumen dan insentif,” ujarnya, pekan lalu. Adapun, nilai industri TIK berdasarkan data Kemenkominfo diperkirakan mampu mencapai Rp350 triliun pada 2011, naik tinggi dari 2009 hanya Rp300 triliun, sedangkan PNBP sektor telekomunikasi tahun ini diperkirakan mencapai Rp13 triliun-Rp15 triliun, naik dari 2010 sebesar Rp12,8 triliun, dan pada 2009 sebesar Rp10,5 triliun. Investasi di bidang TIK berdasarkan National Broadband Plan yang disusun Kemenko Perekonomian, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), dan Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) dalam rangka mendorong penetrasi broadband hingga 30% hingga 2014 tercatat mencapai Rp96 triliun-Rp169,5 triliun. Selain itu, nilai ekspor industri kreatif berbasis TIK berdasarkan data Kementrian Perindustrian tercatat mencapai US$3,2 miliar, di mana sektor telekomunikasi sekaligus menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup besar mencapai 28%. Firmanzah menyatakan pendanaan untuk pengembangan TIK yang digagas melalui skema ICT fund ke depannya juga diharapkan dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif berbasis TIK. (faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Dara Aziliya
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper