Telkom tidak setuju WiMax berlisensi nasional

Lingga Sukatma Wiangga
Selasa, 20 September 2011 | 18:05 WIB
Bagikan

JAKARTA: PT Telkom Tbk menilai teknologi WiMax stadar 16e tidak perlu berlisensi nasional meski memiliki fitur mobile.Indra Utoyo, Direktur IT PT Telkom Tbk, mengatakan aspek mobilitas terdiri dari device mobility yang umumny auntuk jasa seluler dan people mobility, biasanya untuk WiMax atau W-Fi."Terlepas dr teknologi wimax d atau e, untuk people mobility roaming tetap dapat dilakukan dengan cara bekerja sama interkoneksi antarpenyelenggara," ujarnya kepada Bisnis hari ini.Menurut dia, di dunia Internet dan komunikasi data hal ini adalah biasa sehingga lisensi tidak perlu nasional, cukup regional seperti semula.Sementara itu, Dirjen Sumber Daya Kemenkominfo M. Budi Setyawan, mengatakan lisensi nasional tidak diperlukan pada WiMax, alias tetap nomadic."Karena yang paling utama adalah penetrasi broadband yang serempak dan tersedianya akses Internet di semua wilayah Indonesia. Sedangkan Internet mobile sudah dapat disediakan oleh operator seluler," ujarnya.Vendor perangkat telekomunikasi mengingatkan pemerintah akan hambatan penerapan roaming pada layanan WiMax mobile apabila operator penyelenggaranya tidak berlisensi nasional. R.K. Harsikie, CEO Airspan Network Indonesia –vendor asal AS—mengatakan lisensi regional yang dimiliki operator WiMax menjadikannya tidak bisa menyediakan layanan kepada pelanggannya di luar zona yang dia menangi. “Pemerintah lupa, banyak hal yang harus diperhatikan dan dicermati pada saat mengubah teknologi dari WiMax 16 d ke 16e. Pengguna yang mobile tentunya akan kesulitan mengakses data di daerah lain apabila belum ada aturan roaming,” katanya kepada Bisnis hari ini. Menurut dia, fitur mobile yang ada pada WiMax 16e akan sia-sia apabila operatornya hanya memiliki lisensi regional, berbeda apabila memiliki lisensi nasional seperti seluler.  Sebagaimana diketahui, pemerintah secara mendadak mengubah teknologi WiMax di pita 2.360-2.390 MHz dari 16d ke 16e. Perubahan tersebut diduga telah menimbulkan kerugian puluhan miliar pada vebdor lokal yang sudah telanjur mengembangkan perangkat 16d. Berdasarkan hasil tender pada 2009, operator WiMax hanya bisa memberikan layanan di zona yang mereka menangi. Hal tersebut tidak menuimbulkan masalah apabila standar yang digunakan adalah WiMax 16d, tapi akan cukup rumit pada standar 16e. Harsikie menambahkan solusi pemberian kapasitas 10% untuk keperluan roamung operator lain dinilai tidak mencukupi, terutama untuk pemenang di daerah ekonomis seperti Jakarta dan Jawa.(api)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper